HUJAN, SENDIRI DAN LAGU


Tiga hal di atas memang teman bersekongkol yang sempurna untuk membuatku berpikir tentang banyak hal. Dan suara lembut Mike Trump dalam lagu “When The Children Cry” yang mengiringi, membuat pikirku semakin berjalan l…iar berpikir tentang apa saja.

Hmm.. aku tidak sepenuhnya sendirian. tapi aku memang biasa merasa sendirian, menutup mata dan telinga, menciptakan sebuah ruang dimana suara yang datang, maupun orang-orang yang berlalu lalang tidak mampu menembusnya

Seperti sekarang, saat aku masih berkerja, aku merasa sendirian di tengah rutinitas yang terus berlanjut sampai sore.

Aku hanya merasa ada sesuatu dalam diriku. yang berdasarkan ciri-ciri fisik, maupun berdasarlan RASA aku tau ada yang tidak benar. ada yang tidak tepat, ada yang menggelisahkan

belakangan ini aku berpikir lebih banyak dibandingkan biasanya. tentang hidup, tentang cita-cita, tentang rasa, dan tentang tanggung jawab

Tentang Bapak yang sakit, tentang Ibu yang mengajarkanku ketulusan Kesabaran, sekaligus membuatku bimbang akan makna ketulusan itu sendiri. apakah aku memiliki kemampuannya? untuk berlaku dan bersikap berbeda dengan hatiku. tapi kepercayaan itu masih jadi barang mahal yang belum mampu kami beli.

Kami hanya bersembunyi. ah, mungkin bukan kami, tapi hanya aku. Bersembunyi dari perasaanku sendiri. Apakah itu harus dibilang palsu? toh aku tak ingin berbohong. hanya takut mengakui kenyataan. itu dua hal yang berbeda kan?

dan saat hujan, sendirian, serta sebuah lagu yang tepat, adalah momen dimana semua tabir memaksa untuk terlepas. dan aku merasa dirongrong. merasa yang selama ini kucoba tutup rapat terlalu liar. dan aku pusing. ya, aku tahu ada yang salah. entah cita-cita, entah pilihan hidup, entah rasa. Tapi aku tau ini bukan palsu. Bukan juga soal menjaga perasaan, itu terlalu bullshit untukku.

Tapi bukankah rasa tak pernah salah?

Artinya memang aku yang salah

Satu Tanggapan ke “HUJAN, SENDIRI DAN LAGU”

  1. sukma selalu mencari keselarasan jiwa,
    sampai ia menemukan ketentraman,
    walau ia melewati, terjal dan curamnya jalan,
    bingung arah, kesendirian, menangis, putus asa, terjerembab, menyalahkan diri, sampai takut untuk bangun,
    karena lelah dengan semua itu.

    yakinlah itu semua adalah obat yang harus di lalui, bukankah dulu sebelum kita bisa berdiri, berjalan, kita sering jatuh bangun, hingga hidung kita luka, menangis, tapi apa kata mereka, “ndak pa pa, ayo sini…cup..cup…cuup…ayo jalan lagi.” seolah olah mereka mempermainkan kita, mereka senang kita jatuh menangis, jatuh menangis, sekarang kita mengerti betapa sayangnya mereka pada kita.

    Begitu juga perjalanan Sukma

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: